71 Tahun GMNI Malang: Refleksi Perjuangan dan Konsolidasi Gerakan

Malang, Jawa Timur – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Malang merayakan Dies Natalis ke-71 dengan penuh semangat perjuangan. Lebih dari sekadar perayaan, acara ini menjadi momentum refleksi, konsolidasi ideologi, serta penguatan solidaritas antar-kader, senior, dan alumni dalam meneguhkan kembali marhaenisme sejati.

Dengan mengusung tema “Satu GMNI, Satu Perjuangan: Jalan Kembali Menuju Marhaenisme Sejati”, kegiatan ini berlangsung khidmat di Pendopo Kabupaten Malang. Acara ini dihadiri oleh kader aktif, alumni, tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah GMNI Malang, serta perwakilan pemerintah daerah.

Momentum Refleksi dan Konsolidasi Perjuangan

Ketua Panitia, Bung Alif Firdauz, dalam laporannya menegaskan bahwa Dies Natalis ini bukan hanya seremoni, tetapi juga ajang refleksi dan penguatan gerakan.

“Dies Natalis ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk mengevaluasi perjalanan GMNI serta memperkuat komitmen dalam mengawal kepentingan rakyat. Dengan berkumpulnya kader dan alumni, kita berharap GMNI Malang semakin solid dan tetap berada di garis depan perjuangan,” ujarnya. Jumat (28/3).

Ketua DPC GMNI Malang, Bung Albert, dalam sambutannya menekankan pentingnya mempertahankan marwah perjuangan GMNI yang telah berjalan selama lebih dari tujuh dekade.

“GMNI bukan hanya organisasi yang berpikir dan berbicara, tetapi harus bertindak nyata dalam membela kaum Marhaen. Kita harus tetap kritis, progresif, dan berpihak pada rakyat,” tegasnya.

GMNI dan Tantangan Zaman

Puncak acara diisi dengan Keynote Speech dari dr. Subagjo, Ketua Persatuan Alumni (PA) GMNI Malang, yang sekaligus membuka secara resmi perayaan Dies Natalis ke-71 GMNI Malang. Ia menyoroti peran GMNI dalam menghadapi dinamika sosial dan politik saat ini.

“GMNI harus tetap menjadi organisasi yang mampu merespons perubahan zaman tanpa kehilangan akar ideologinya. Kita harus menjadi garda terdepan dalam mengawal demokrasi, memastikan kebijakan pemerintah berpihak kepada rakyat, serta tetap setia pada ajaran Bung Karno,” ungkapnya.

Ia juga menekankan pentingnya Kongres Persatuan GMNI yang akan datang sebagai momentum rekonsiliasi sejati, bukan sekadar ajang kompromi politik yang justru melemahkan organisasi.

“Alumni dan senior GMNI akan selalu mendukung kaderisasi, advokasi, dan gerakan intelektual progresif. Jangan biarkan GMNI hanya menjadi simbol tanpa gerakan nyata,” tambahnya.

Diskusi: Peran GMNI dalam Perubahan Sosial

Acara semakin dinamis dengan talk show interaktif bersama Drs. Akhirul Aminulloh, S.Sos., M.Si dan Donny Maulana (Ketua DPC GMNI Malang 2022-2024).

Dalam pemaparannya, Drs. Akhirul Aminulloh menyoroti berbagai tantangan sosial yang dihadapi masyarakat, termasuk ketimpangan ekonomi dan eksploitasi sumber daya alam.

“Krisis sosial yang terjadi saat ini bukan hanya akibat sistem yang tidak adil, tetapi juga karena lemahnya kontrol dari intelektual dan aktivis. GMNI harus kembali menjadi organisasi yang berani berbicara dan bertindak,” ujarnya.

Sementara itu, Bung Donny Maulana menekankan tantangan internal GMNI, khususnya dalam kaderisasi dan dinamika politik organisasi.

“GMNI harus tetap solid dan progresif. Kita harus memastikan bahwa kaderisasi berjalan dengan baik dan bahwa kader-kader GMNI benar-benar memahami ideologi marhaenisme. Jangan hanya menjadi penonton dalam perubahan sosial—GMNI harus mengambil peran aktif,” tegasnya.

Diskusi berlangsung interaktif dengan partisipasi aktif dari kader GMNI Malang yang mengajukan berbagai pertanyaan serta pandangan mengenai masa depan organisasi.

Pemotongan Tumpeng: Simbol Harapan Perjuangan

Sebagai simbol keberlanjutan perjuangan, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh para alumni dan Ketua DPC GMNI Malang. Dalam momen ini, berbagai tokoh memberikan harapan agar GMNI tetap menjadi organisasi yang kuat, solid, dan konsisten dalam memperjuangkan hak-hak rakyat.

“GMNI harus tetap menjadi rumah bagi mahasiswa yang ingin berkontribusi nyata bagi rakyat. Persatuan dan konsistensi dalam perjuangan adalah kunci agar GMNI tetap relevan dalam menghadapi perubahan zaman,” ujar salah satu alumni yang hadir.

Konsolidasi Internal: Menatap Kongres Persatuan

Sebagai penutup, DPC GMNI Malang menggelar sesi ramah tamah dan konsolidasi internal bersama seluruh ketua komisariat. Strategi penguatan organisasi menjelang Kongres Persatuan GMNI menjadi fokus utama diskusi.

Ketua DPC GMNI Malang, Bung Albert, menegaskan bahwa soliditas internal harus menjadi prioritas dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan.

“GMNI harus tetap menjadi organisasi yang kritis, progresif, dan berpihak pada rakyat. Dies Natalis ini harus menjadi titik tolak bagi kita untuk kembali meneguhkan marhaenisme sejati dalam perjuangan kita,” pungkasnya.

Perayaan Dies Natalis ke-71 GMNI Malang bukan sekadar selebrasi, tetapi juga ajang refleksi dan konsolidasi perjuangan. Dengan semangat persatuan dan marhaenisme sejati, GMNI Malang berkomitmen untuk terus menjadi kekuatan progresif dalam memperjuangkan keadilan sosial di Indonesia. (*)

 

Related posts